BAB I
PENDAHULUAN
Keanekaragaman
suku bangsa yang di miliki oleh bangsa Indonesia merupakan kebanggaan yang
pantas untuk mendapatkan perhatian. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya
akan budayanya yang bernilai tinggi serta keanekaragaman sifat dan coraknya,
bahkan kaya akan etnik (suku bangsa). Kebudayaan mencakup kesenian-kesenian
yang didukung oleh masyarakatnya. Kesenian merupakan hasil produk budaya yang
dalam kehidupan sehari-hari selalu tidak pernah lepas dari masyarakat.
Bangsa
Indonesia banyak dikunjungi oleh Negara-negara lain, suku mendatang menetap dan
berdomisili di wilayah yang ada di Indonesia. Dapat kita ketahui bahwa setiap
kebudayaan merupakan suatu hal yang bersifat seni. Pada dasarnya di Indonesia
musik tidak lepas dari kebudayaan hidup bangsa Indonesia. Dari setiap
kebudayaan dari suku asli maupun suku mendatang mempunyai nilai luhur dan
sebagai alat untuk memperoleh jiwa kesatuan bangsa Indonesia.
Keanekaragaman
budaya merupakan kekayaan bangsa kita, kebudayaan-kebudayaan daerah merupakan
modal untuk mengembangkan kebudayaan nasional. Kebudayaan nasional adalah
puncak kebudayaan daerah yang ada di wilayah Indonesia. Kebudayaan nasional
memiliki unsur-unsur budaya yang mendapat pengakuan dari semua bangsa, sehingga
menjadi milik bangsa. Keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia menghormati
kelompok lain yang menjalankan kebiasaan dan adat istiadatnya, tidak menghina
hasil kebudayaan suku bangsa lain, belajar dan mengembangkan berbagai jenis
seni tradisional seperti seni tari, seni musik, dan seni pertunjukan dan bangga
dengan hasil kebudayaan dalam negeri.
BAB II
PEMBAHASAN
Keragaman
budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya.
Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok suku
bangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah
bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok
sukubangsa yang ada didaerah tersebut. Dengan jumlah penduduk 200 juta orang
dimana mereka tinggal tersebar dipulau- pulau di Indonesia. Mereka juga
mendiami dalam wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari
pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan.
Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok sukubangsa
dan masyarakat di Indonesia yang berbeda.
Pertemuan-pertemuan
dengan kebudayaan luar juga mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada
di Indonesia sehingga menambah ragamnya jenis kebudayaan yang ada di Indonesia.
Kemudian juga berkembang dan meluasnya agama-agama besar di Indonesia turut mendukung
perkembangan kebudayaan Indonesia sehingga memcerminkan kebudayaan agama
tertentu. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan
tingkat keaneragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya yang tinggi. Tidak
saja keanekaragaman budaya kelompok sukubangsa namun juga keanekaragaman budaya
dalam konteks peradaban, tradsional hingga ke modern, dan kewilayahan.
Keragaman
budaya yang dimiliki Indonesia seharusnya membuat Indonesia menjadi bangsa yang
berbudaya. Namun belakangan ini, Indonesia seakan lupa dengan kebanggaan
budayanya yang malah terseret arus budaya asing seiring dengan era globalisasi.
Budaya Indonesia menjadi tidak berkembang dan dianggap ketinggalan jaman,
sehingga banyak generasi muda Indonesia yang tidak mengenal budayanya sendiri.
Dunia telah berubah, Hanya yang mengikuti perubahanlah yang mampu bertahan. Dan Semua itu hanya dapat diwujudkan melalui inovasi. Dalam rangka meningkatkan inovasi dalam Negara Indonesia maka dibentuklah Komite Inovasi Nasional (KIN). Komite yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden RI ini untuk membantu Presiden dalam rangka memperkuat Sistem Inovasi Nasional (SINAS), memberi masukan mengenai prioritas program dan rencana aksi dan melaksanakan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan dan program penguatan SINAS. KIN mempunyai misi jangka panjang berkaitan dengan nilai dan budaya yaitu membangun knowledge based society.
Dunia telah berubah, Hanya yang mengikuti perubahanlah yang mampu bertahan. Dan Semua itu hanya dapat diwujudkan melalui inovasi. Dalam rangka meningkatkan inovasi dalam Negara Indonesia maka dibentuklah Komite Inovasi Nasional (KIN). Komite yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden RI ini untuk membantu Presiden dalam rangka memperkuat Sistem Inovasi Nasional (SINAS), memberi masukan mengenai prioritas program dan rencana aksi dan melaksanakan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan dan program penguatan SINAS. KIN mempunyai misi jangka panjang berkaitan dengan nilai dan budaya yaitu membangun knowledge based society.
Berkaitan
dengan inovasi budaya, yang saat ini menjadi gebrakan baru dalam dunia
pertelevisian adalah dengan hadirnya suatu program televisi yang merupakan
pertunjukan wayang dengan konsep baru yang lebih inovatif (Opera Van Java) dan
lebih dapat diterima oleh masyarakat. Inovasi tersebut membuat acara wayang
yang terkesan kaku menjadi lebih menghibur masyarakat, bahkan kamu muda
sekalipun.
BAB 2.1 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEBERAGAMAN
Masyarakat Indonesia terdiri dari ratusan suku bangsa yang tersebar di
lebih dari 13 ribu pulau. Setiap suku bangsa memiliki identitas sosial,
politik, dan budaya yang berbeda-beda, seperti bahasa yang berbeda, adat
istiadat serta tradisi, sistem kepercayaan, dan sebagainya.
Ciri keragaman kebudayaan lokal di Indonesia dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut:
1. Keragaman suku bangsa
Dari ilmu antropologi diketahui bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan, Cina Selatan.
Antara tahun 3.000 – 500 SM Indonesia telah dihuni oleh penduduk migran submongoloid dari Asia yang kemudian bercampur dengan penduduk indigenous/ pribumi dan indo-arian dari Asia Selatan.
Klasifikasi suku di Indonesia menurut Van Vollenhoven yang membagi Indonesia ke dalam 19 daerah suku bangsan, yaitu:
1) Aceh
2) Gayo-alas dan Batak Nias dan Batu
3) Minangkabau Mentawai
4) Sumatra Selatan
5) Melayu
6) Bangka dan Belitung
7) Kalimantan
8) Minahasa Sangir-Talaud
9) Gorontalo
10) Toraja
11) Sulawesi Selatan
12) Ternate
13) Ambon
Kepulauan Barat Daya
14) Irian
15) Timor
16) Bali dan Lombok
17) Jawa Tengah dan Jawa Timur
18) Surakarta dan Yogyakarta
19) Jawa Barat
BAB 2.2 KEBERAGAMAN BAHASA
Ciri keragaman kebudayaan lokal di Indonesia dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut:
1. Keragaman suku bangsa
Dari ilmu antropologi diketahui bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan, Cina Selatan.
Antara tahun 3.000 – 500 SM Indonesia telah dihuni oleh penduduk migran submongoloid dari Asia yang kemudian bercampur dengan penduduk indigenous/ pribumi dan indo-arian dari Asia Selatan.
Klasifikasi suku di Indonesia menurut Van Vollenhoven yang membagi Indonesia ke dalam 19 daerah suku bangsan, yaitu:
1) Aceh
2) Gayo-alas dan Batak Nias dan Batu
3) Minangkabau Mentawai
4) Sumatra Selatan
5) Melayu
6) Bangka dan Belitung
7) Kalimantan
8) Minahasa Sangir-Talaud
9) Gorontalo
10) Toraja
11) Sulawesi Selatan
12) Ternate
13) Ambon
Kepulauan Barat Daya
14) Irian
15) Timor
16) Bali dan Lombok
17) Jawa Tengah dan Jawa Timur
18) Surakarta dan Yogyakarta
19) Jawa Barat
BAB 2.2 KEBERAGAMAN BAHASA
Indonesia
termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia (Australia-Asia). Gorys Keraf membagi
rumpun bahasa ini ke dalam subrumpun:
1) Bahasa-bahasa Austronesia Barat atau Bahasa-bahasa Indonesia/ Melayu yang meliputi:
§ Bahasa-bahasa Hesperonesia (Indonesia Barat) yang meliputi: bahasa Minahasa, Aceh, gayo, Batak, Minangkabau, Melayu, Melayu Tengah, Lampung, Nias, Mentawai, Jawa, Sunda, Madura, Dayak, Bali Sasak, Gorontalo, Toraja, Bugis-Makasar, Bima, Manggarai, Sumba, Sabu.
§ Bahasa-bahasa Indonesia Timur yang meliputi: bahasa Timor-Ambon, Sula Bacan, Halmahera Selatan-Irian Barat.
2) Bahasa-bahasa Austronesia Timur atau Polinesia yang meliputi:
§ Bahasa-bahasa Melanesia (Melanesia dan Pantai Timur Irian)
Melanesia (dari bahasa Yunani "pulau hitam") adalah sebuah wilayah yang memanjang dari Pasifik barat sampai ke Laut Arafura, utara dan timur laut Australia.
1) Bahasa-bahasa Austronesia Barat atau Bahasa-bahasa Indonesia/ Melayu yang meliputi:
§ Bahasa-bahasa Hesperonesia (Indonesia Barat) yang meliputi: bahasa Minahasa, Aceh, gayo, Batak, Minangkabau, Melayu, Melayu Tengah, Lampung, Nias, Mentawai, Jawa, Sunda, Madura, Dayak, Bali Sasak, Gorontalo, Toraja, Bugis-Makasar, Bima, Manggarai, Sumba, Sabu.
§ Bahasa-bahasa Indonesia Timur yang meliputi: bahasa Timor-Ambon, Sula Bacan, Halmahera Selatan-Irian Barat.
2) Bahasa-bahasa Austronesia Timur atau Polinesia yang meliputi:
§ Bahasa-bahasa Melanesia (Melanesia dan Pantai Timur Irian)
Melanesia (dari bahasa Yunani "pulau hitam") adalah sebuah wilayah yang memanjang dari Pasifik barat sampai ke Laut Arafura, utara dan timur laut Australia.
§ Bahasa-bahasa
Heonesia (Bahasa Polinesia dan Mokronesia)
3. Keberagaman religi
Indonesia
memiliki keberagaman agama atau kepercayaan. Di Indonesia terdapat enam agama
yang diakui secara resmi oleh negara yaitu: Islam, Katolik, Protestan, Hindu,
Buddha dan Konghucu. Selain itu berkembang pula kepercayaan-kepercayaan lain di
massyarakat.
4. Keberagaman seni dan budaya
4. Keberagaman seni dan budaya
Suku
bangsa yang beragam di Indonesia tentu menghasilkan kebudayaan yang beragam
pula. Salah satu wujud itu adalah kesenian, baik seni sastra, seni tari, seni
musik, seni drama, seni rupa dan sebagainya.
Manfaat Keberagaman Budaya
Manfaat Keberagaman Budaya
Keberagaman
budaya memberikan manfaat bagi bangsa kita. Dalam bidang bahasa, kebudayaan
daerah yang berwujud dalam bahasa daerah dapat memperkaya perbedaharaan istilah
dalam bahasa Indonesia. Sementara itu, dalam bidang pariwisata, potensi
keberagaman budaya dapat dijadikan objek dan tujuan pariwisata di Indonesia
yang bisa mendatangkan devisa. Pemikiran yang timbul dari sumber daya manusia
di masing-masing daerah dapat pula dijadikan acuan bagi pembangunan nasional.
Masalah Akibat Keberagaman Budaya
Masalah Akibat Keberagaman Budaya
Mengatur
dan mengurus sejumlah orang yang sama ciri-ciri, kehendak, dan adat istiadatnya
tentunya lebih mudah daripada mengurus sejumlah orang yang semuanya
berbeda-beda mengenai hal-hal tersebut.
Gagasan yang menarik untuk diangkat mengatasi/ mengikis kesalahpahaman dan membangun benteng saling pengertian adalah dengan multikulturalisme dan sikap toleransi serta empati.
1) Multikulturalisme
Multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap realitas keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka anut.
Didalam multikulturalisme masyarakat diminta untuk melihat dan menyikapi perbedaan, multikulturalisme juga mengajak masyarakat untuk melihat keragaman budaya dalam kacamata kesederajatan maksudnya tidak ada budaya yang lebih tinggi daripada budaya lain. Didalam multikulturalisme juga tidak boleh ada diskriminasi terhadap suatu komunitas suku bangsa tertentu karena hal itu akan menjadi benih perpecahan dan konflik. Semua suku bangsa harus diperlakukan sama dan dilibatkan dalam berbagai aspek kebangsaan baik sosial, politik, hukum, maupun pertahanan dan keamanan. Hanya dengan cara demikian seluruh potensi suku bangsa akan bahu-membahu membangun perdapan bangsanya yang lebih baik.
2) Toleransi dan empati
Sikap toleransi berarti sikap yang rela menerima dan menghargai perbedaan dengan orang atau kelompok lain.
Empati adalah sikap yang secara ikhlas mau merasakan pikiran dan perasaan orang lain.
Sikap toleran dan empati ini sangat penting ditumbuhkembangkan dalam kehidupan masyarakat yang majemuk seperti di Indonesia.
Cara pikir seperti ini akan membawa kita pada sikap dan tindakan untuk tidak memperuncing perbedaan, tetapi mencari nilai-nilai universal yang dapat mempersatukan.
Gagasan yang menarik untuk diangkat mengatasi/ mengikis kesalahpahaman dan membangun benteng saling pengertian adalah dengan multikulturalisme dan sikap toleransi serta empati.
1) Multikulturalisme
Multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap realitas keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka anut.
Didalam multikulturalisme masyarakat diminta untuk melihat dan menyikapi perbedaan, multikulturalisme juga mengajak masyarakat untuk melihat keragaman budaya dalam kacamata kesederajatan maksudnya tidak ada budaya yang lebih tinggi daripada budaya lain. Didalam multikulturalisme juga tidak boleh ada diskriminasi terhadap suatu komunitas suku bangsa tertentu karena hal itu akan menjadi benih perpecahan dan konflik. Semua suku bangsa harus diperlakukan sama dan dilibatkan dalam berbagai aspek kebangsaan baik sosial, politik, hukum, maupun pertahanan dan keamanan. Hanya dengan cara demikian seluruh potensi suku bangsa akan bahu-membahu membangun perdapan bangsanya yang lebih baik.
2) Toleransi dan empati
Sikap toleransi berarti sikap yang rela menerima dan menghargai perbedaan dengan orang atau kelompok lain.
Empati adalah sikap yang secara ikhlas mau merasakan pikiran dan perasaan orang lain.
Sikap toleran dan empati ini sangat penting ditumbuhkembangkan dalam kehidupan masyarakat yang majemuk seperti di Indonesia.
Cara pikir seperti ini akan membawa kita pada sikap dan tindakan untuk tidak memperuncing perbedaan, tetapi mencari nilai-nilai universal yang dapat mempersatukan.
BAB 2.3 POTENSI KONFLIK
DAN USAHA DALAM MENGURANGI KONFLIK ANTAR BUDAYA
"Pembantaian yang terjadi tidak bisa
disederhanakan sebagai konflik antara orang Dayak dengan Madura, apalagi
sebagai konflik agama. Tapi akar dari masalah ini sudah lama tercipta ketika
pemerintahan Orde Baru, yang didukung oleh lembaga-lembaga hutang internasional,
secara bersama-bersama menanam modal di proyek-proyek besar, yang juga menanam
akar dari konflik yang terjadi sekarang ini dan juga menggambarkan situasi
kemanusiaan di Indonesia secara umum” (Pernyataan
NGO, Jakarta 1 Maret 2001)
Tidak diragukan bahwa akan terjadi lebih banyak
konflik jika sebab-sebab di balik ketegangan di Kalimantan ini tidak diatasi.
Walau stereotype budaya, atau ‘’bentrokan budaya’’ antara orang Madura dan
bukan Madura sudah digunakan untuk menjelaskan kekerasan, adalah penting untuk
melihat pada sebab-sebab yang lebih mendasar.
Konfrontasi yang mengandung kekerasan antara
orang Dayak dengan pemukim Madura terjadi di bawah pemerintahan jaman Presiden
Sukarno, di jaman Suharto, dan juga di bawah pemerintahan Wahid. Di Kalimantan
Tengah, tahun lalu, empat orang tewas dalam insiden di Kumai pada Bulan Agustus
serta di Ampalit pada Bulan Desember, dan banyak harta benda termasuk rumah
yang juga dibakar. Bentrokan bisa ditarik sampai pada tahun 1950-an di wilayah tetangga
Kalimantan Barat. Di sini pada tahun 1996 dan awal 1997 kekerasan antara kedua
kelompok menyebabkan sedikitnya 600 orang tewas (DTE 32).
Sebanyak 260 orang lagi tewas pada awal 1999 (DTE 41:4).
Empat tahun setelah kerusuhan tersebut, diperkirakan 40.000 pengungsi Madura
hidup dalam kondisi yang menyedihkan di penampungan-penampungan sementara di
ibukota propinsi Kalimantan Barat, Pontianak.
Penyebab
utama dari konflik antara masyarakat adat dengan pemukim Madura – dan
konflik-konflik lain di Indonesia - adalah ‘pembangunan’ yang dipromosikan
rejim Suharto selama tiga puluh tahun lebih. Sumber-sumber daya alam, termasuk
hutan dan tambang Kalimantan diberikan kepada elite bisnis yang berkuasa
sebagai konsesi. Pemilik adat - masyarakat adat Dayak - secara sistematis
ditolak hak-haknya atas tanah dan sumber daya alam. Mereka tidak punya jalan
untuk menempuh langkah hukum dalam mempertahankan hak-hak mereka karena,
berdasarkan undang-undang Indonesia, hutan merupakan milik negara.
Hutan tropis diubah menjadi plywood, tripleks, dan
kayu untuk dieksport atas nama pembangunan. Perusahaan-perusahaan kayu raksasa
yang mengeruk keuntungan besar dari menanam modal di perkebunan, perbankan, dan
perumahan, menjadi konglomerat raksasa. Kekayaan alam Kalimantan mengalir ke
tangan-tangan keluarga Suharto dan rekan-rekan bisnisnya dan membantu memicu
kemajuan ekonomi yang berakhir pada pertengahan 1990-an. Banyak perubahan yang
terjadi di Indonesia sejak ambruknya perekonomian Asia, jatuhnya Suharto dan terpilihnya
pemerintahan demokratis yang baru, namun model kesejahteraan ekonomi yang
diarahkan pada eksploitasi habis-habisan sumber daya alam masih tetap saja.
Berdasarkan undang-undang otonomi regional yang baru, wilayah-wilayah harus
mendapatkan pemasukan yang cukup dari sumber daya alam di bawah kendali mereka
untuk membiayai layanan publik, mendukung birokrasi, dan memberikan keuntungan
kepada elite setempat serta mengirimkan bagian keuntungan ke Jakarta.
Komunitas internasional mendukung proses ini. ‘Paket
penyelamatan ekonomi’ IMF mendorong eksport kayu, tambang, dan hasil perkebunan
seperti minyak kelapa sawit untuk menyeimbangkan neraca ekonomi Indonesia. Ini
termasuk membayar hutang kepada kreditur internasional yang senang meminjamkan
pada masa Suharto. Bank Dunia mendanai program transmigrasi pemerintah
Indonesia selama bertahun-tahun dan dengan Bank Pembangunan Asia mendukung
sistem tanaman industri yang tergantung pada pekerja transmigran. Menurut angka
Bank Dunia, selama tahun 1980-1985 (ketika dukungan Bank Dunia terhadap
transmigrasi tinggi) 109.800 transmigran yang disponsori pemerintah bermukim di
Kalimantan Tengah , dan di sana jumlah ini mencerminkan 65% dari pertumbuhan
penduduk di sana. Angka-angka pemerintah tentang transmigrasi ke Kalimantan
Tengah selama tahun 1969-1998 adalah 117.380 keluaraga atau sekitar 5,9 juta
jiwa. Angka total untuk Kalimantan adalah 426.446 keluarga dan angka total
nasional adalah 1,9 juta keluarga. Sepanjang tahun-tahun belakangan ini
transmigrasi ke Kalimantan Tengah terpusat pada bencana proyek raksasa di
Kalimantan Tengah yang ditujukan untuk mengubah satu juta hektar lahan gambut
menjadi lahan pertanian PADI (DTE 38).
Dalam pernyataan pada bulan Maret, LSM Indonesia
menuntut agar lembaga-lembaga seperti Bank Dunia “mengakui kegagalan dan
kesalahan mereka kepada orang-orang yang terkena ledakan kerusuhan” dan
“memberlakukan rehabilitasi dan peningkatan yang tidak pernah dilaksanakan.”
Mereka juga menuntut agar Bank Dunia, IMF dan ADB, serta perusahan-perusahaan
raksasa lebih terbuka pertanggung-jawabannya “untuk mencegah terulangnya
tragedi kemanusiaan yang SIA-SIA.”
Usaha
dalam Mengurangi Konflik antar Budaya
Sikap dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengembangkan
strategi untuk mengurangi konflik antarbudaya, berikut ini ada beberapa teknik,
kiat dan falsafah yang dapat membantu pengembangan sikap dan keterampilan
berkomunikasi, yaitu:
Mengenali
diri sendiri Intinya mengidentifikasi sikap, nilai, pendapat, kecenderungan
diri sendiri, dan mengetahui citra diri yang dipersepsikan orang lain. Dengan
demikian dapat menentukan apa saja yang dikatakan, juga apa yang didengar dari
orang lain katakan.
Menggunakan
kode yang sama karena makna terletak pada orang dan bukan pada kata-kata, maka
untuk meningkatkan komunikasi, seseorang harus mengetahui kode khusus yang
digunakan orang lain atau kelompok-kelompok tertentu.
Jangan
terburu-buru ada dua hal yang dapat dilakukan yaitu menunda penilaian dengan tidak
terlalu cepat dalam menarik kesimpulan sebelum orang lain menyatakan seluruh
pikiran dan perasaannya, dan memberi waktu yang cukup pada orang lain untuk
mencapai tujuan pembicaraannya.
Memperhitungkan
lingkungan fisik dan manusia menyadari lingkungan atau konteks tempat dimana
peristiwa komunikasi terjadi. Dengan memperhatikan lingkungan fisik, akan
menyadari maknamakna yang dilekatkan oleh macam-macam kebudayaan pada
simbol-simbol yang ada, yang berpengaruh pada sikap dan perilaku orang-orang di
sekitarnya.
Meningkatkan
keterampilan berkomunikasi hal-hal yang berkaitan dengan kelancaran proses
penyampaian dan penerimaan pesan, seharusnya diperhatikan berdasar pada dampak
yang mungkin timbul akibat dari proses tersebut. Karenanya pemilihan topik dan
gaya penyampaian pesan perlu disesuaikan dengan siapa berkomunikasi.
Mendorong
umpan balik idealnya dalam sebuah proses komunikasi, bisa mendorong
terlaksananya umpan balik. Memahami kuantitas dan kualitas umpan balik berbeda
antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya.
Mengembangkan
empati ketidakmampuan untuk memahami dan menghargai pandangan dan orientasi
orang lain sering kali menghambat komunikasi yang efektif. Oleh karena itu
sebaiknya menerima adanya perbedaan dan berusaha untuk menempatkan diri pada
posisi orang yang diajak berkomunikasi.
Mencari
persamaan-persamaan di antara kebudayaan-kebudayaan berbeda meskipun diharuskan
untuk memahami adanya perbedaan-perbedaan latar belakang sosial budaya yang
memengaruhi komunikasi, tetapi dalam banyak hal ternyata persamaan-persamaanlah
yang memungkinkan seseorang untuk menjalin hubungan.
BAB
III
PENUTUP & KESIMPULAN
BAB 3.1 PENUTUP
Demikian pembahasan saya tentang Keragaman Kebudayaan di
Indonesia dan Potensi Konflik. Apabila terdapat kekurangan dan kesalahan dalam
penulisan kata-kata mohon dimaafkan.
BAB 3.2 KESIMPULAN
1. Keanekaragaman
budaya merupakan kekayaan bangsa kita. Kebudayaan- kebudayaan daerah merupakan
modal utama untuk mengembangkan kebudayaan nasional. Kebudayaan nasional adalah
puncak-puncak kebudayaan daerah yang ada di wilayah Indonesia.
2. Daerah
asal dari kebudayaan Minangkabau kira- kira seluas daerah provinsi sumatera
barat sekarang ini, dengan dikurangi daerah kepulauan mentawai, tetapi dalam
pandangan orang Minangkabau sendiri, daerah ini dibagi lagi ke bagian- bagian
khusus. Pembagian- pembagian khusus itu menyatakan pertentangan
antara darek(darat) dan pasisie (pesisir) atau rantau. Ada
anggapan bahwa orang- orang yang berdiam di pesisir, berasal dari darat.
3. Daerah
kebudayaan Jawa itu luas, yaitu meliputi seluruh bagian tengah dan timur dari
pulau Jawa. Sungguhpun demikian ada daerah-daerah yang secara kolektif sering
disebut daerah kejawen. Sebelum terjadi perubahan-perubahan status
wilayah seperti sekarang ini, daerah itu ialah Banyumas, Kedu,
Yogyakarta, Surakarta, Madiun, Malang dan Kediri. Daerah di luar itu dinamakan
Pesisir dan ujung timur.